Ketakwaan Bisa Membesarkan Hal Kecil
Sering kali kita menganggap bahwa kebaikan harus dalam bentuk besar dan mencolok. Padahal, Islam mengajarkan bahwa sekecil apa pun amal perbuatan, jika dilakukan dengan ikhlas, dapat menjadi penyelamat dari neraka.
Salah satu ajaran Rasulullah ﷺ yang sangat mendalam adalah pentingnya bertakwa dan bersedekah walaupun hanya dengan sesuatu yang kecil, seperti sebutir kurma. Pesan ini tidak hanya mendorong kedermawanan, tetapi juga mengajarkan bahwa setiap perbuatan baik memiliki nilai besar di sisi Allah.
Jauhilah neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma. Rasulullah ﷺ bersabda:
اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
"Jauhilah neraka walaupun hanya dengan (bersedekah) sebutir kurma. Jika tidak menemukan, maka dengan kalimat yang baik." (HR. Bukhari no. 6539 dan Muslim no. 1016)
Hadis ini mengandung pesan mendalam. Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menahan diri dari berbuat baik. Jika tak mampu bersedekah harta, minimal ucapkanlah kata-kata yang baik sebagai bentuk ketakwaan.
Separuh kurma pun bisa menjadi penyelamat. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا عَائِشَةُ، اسْتَتِرِي مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنَّهَا تُسَدُّ جَائِعًا
"Wahai ‘Aisyah, lindungilah dirimu dari api neraka, walaupun hanya dengan sepotong (separuh) kurma, karena sesungguhnya ia dapat memenuhi kebutuhan orang yang kelaparan." (HR. Ahmad 6/63, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 372, Al-Hakim 2/496)
Rasulullah ﷺ menekankan bahwa amal kecil sekalipun, jika dilakukan dengan niat tulus, bisa menjadi perisai dari siksa neraka. Bahkan separuh kurma pun cukup untuk menghindarkan kita dari azab.
Setiap amalan akan dihisab. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَنْظُرُ الْعَبْدُ عَنْ يَمِينِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ عَنْ يَسَارِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ، فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
"Setiap hamba akan melihat ke kanan dan tidak menemukan sesuatu selain amalnya, melihat ke kiri dan tidak menemukan sesuatu selain amalnya, serta melihat ke depan dan hanya melihat neraka. Maka lindungilah diri kalian dari neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma." (HR. Bukhari no. 6539 dan Muslim no. 1016)
Ketika hari perhitungan tiba, hanya amal yang menyertai kita. Jika yang kecil saja bisa menjadi penyelamat, apalagi yang lebih besar?
Amal kecil bisa mendapat balasan besar. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ، فَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فُلُوَّهُ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ
"Barang siapa bersedekah seukuran sebutir kurma dari hasil usaha yang baik, Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia mengembangkannya sebagaimana seseorang merawat anak kudanya, hingga sedekah itu menjadi sebesar gunung." (HR. Bukhari no. 7430 dan Muslim no. 1014)
Sebuah amal kecil bisa berkembang menjadi pahala besar jika dilakukan dengan hati yang ikhlas dan harta yang halal.
Jangan remehkan perbuatan baik sekecil apa pun. Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ
"Janganlah sekali-kali kamu meremehkan perbuatan baik, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (HR. Muslim no. 2626)
Bahkan senyuman yang sederhana bisa bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang baik.
Membantu yang lemah seperti berjihad di jalan Allah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أَوِ الْقَائِمِ اللَّيْلَ وَالصَّائِمِ النَّهَارَ
"Orang yang berusaha membantu janda dan orang miskin itu seperti orang yang berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang terus-menerus shalat malam dan puasa di siang hari." (HR. Bukhari no. 5353 dan Muslim no. 2982)
Membantu sesama, khususnya yang lemah dan papa tanpa kerabat, memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, setara dengan ibadah yang sangat berat seperti jihad dan puasa.
Sedekah Tanpa Harta
Apa yang bisa dilakukan untuk sedekah jika tak punya apapun meski sebutir kurma?
Sedekah kehormatan !!!
Ya, sedekah kehormatan diri !!! Jika kehormatanmu diinjak orang lain, sesungguhnya kamu diberi hak untuk meminta ganti rugi dalam bentuk barter amal di akhirat kelak. Tapi kamu boleh melepas hak akhiratmu untuk kamu serahkan kepada Allah sebagai sedekah di dunia. Tak percaya ada yang bersedekah demikian? Simaklah kisah sahabat mulia satu ini:
Sedekah yang Menggetarkan Langit
Malam itu, Ulbah bin Zaid رضي الله عنه duduk dalam keheningan. Cahaya rembulan menyelinap di celah-celah rumahnya yang sederhana di Madinah. Dari kejauhan, ia mendengar suara kaum Muslimin bersiap untuk Perang Tabuk—perjalanan yang jauh, medan yang berat, dan musim yang panas menyengat. Rasulullah ﷺ telah menyeru umat Islam untuk berinfak dan mengorbankan harta mereka di jalan Allah.
Namun, Ulbah hanya seorang lelaki miskin. Ia tidak memiliki emas, perak, atau kendaraan untuk berjihad. Sehari-hari, ia bekerja keras sebagai penimba air, tetapi upahnya hanya cukup untuk makan sehari. Ia ingin ikut berperang, ingin menyumbangkan sesuatu, tetapi apa yang bisa ia berikan?
Malam dan Hati yang Dilanda Kedukaan
"Ya Allah, Engkau memerintahkan kami untuk berjihad, tetapi Engkau tidak memberikan kepadaku sesuatu yang dapat aku bawa berjihad bersama Rasul-Mu. Engkau juga tidak memberikan di tangan Rasul-Mu sesuatu yang dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah, sesungguhnya aku bersedekah kepada setiap Muslim dari semua perbuatan zalim mereka terhadap diriku, baik dalam perkara harta, raga, atau kehormatan."
Air matanya jatuh membasahi tanah. Ia tidak memiliki apa pun untuk diberikan kecuali kehormatan dan pemaafan kepada sesama manusia. Malam itu, ia tertidur dengan hati yang pasrah, berharap Allah menerima sedekahnya.
Sementara itu, di sisi lain kota, sahabat-sahabat para "dermawan langitan" bermusabaqah memberi yang terbaik untuk jihad ini. Umar bin Khattab رضي الله عنه datang dengan separuh hartanya, hatinya bergetar karena ini adalah pengorbanan terbesarnya. Ia berkata dalam hati, "Hari ini, aku akan mengalahkan Abu Bakar!"
Namun, ketika Abu Bakar رضي الله عنه datang, ia membawa seluruh hartanya. Rasulullah ﷺ bertanya, "Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?"
Ia tersenyum dan menjawab, "Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka."
Umar terdiam. Ia tahu, tidak ada yang bisa mengalahkan keimanan sahabatnya ini.
Di tempat lain, Utsman bin Affan رضي الله عنه datang membawa seribu dinar emas, memberikannya dengan penuh ketulusan. Rasulullah ﷺ meraih koin-koin itu dan membolak-baliknya di tangan beliau sambil berkata dengan penuh kasih:
"Tidak ada yang membahayakan Utsman setelah hari ini. Tidak ada yang membahayakan Utsman setelah hari ini!"
Namun, Utsman tidak berhenti di situ. Ia kemudian mendatangkan seribu ekor unta dan tujuh puluh ekor kuda yang sarat dengan perbekalan. Barisan hewan-hewan itu memenuhi tanah Madinah, debu berhamburan saat mereka berjalan. Kaum Muslimin terpana melihatnya. Rasulullah ﷺ tersenyum penuh haru, menyaksikan bagaimana kekayaan di tangan orang yang bertakwa menjadi ladang amal yang tiada habisnya.
Pagi yang Menggetarkan Hati
Keesokan harinya, Rasulullah ﷺ bersabda di hadapan para sahabat:
"Di mana orang yang semalam bersedekah dengan kehormatannya?"
Ulbah bin Zaid terkejut. Tidak ada seorang pun yang tahu tentang doanya semalam. Ia berdiri perlahan dan berkata dengan suara bergetar, "Aku, ya Rasulullah…"
Rasulullah ﷺ tersenyum, lalu bersabda:
"Bergembiralah! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sedekahmu telah diterima di sisi Allah."
Mata Ulbah berkaca-kaca. Ia mungkin tidak memiliki harta, tetapi Allah telah mencatatnya sebagai seorang yang berinfak dengan sesuatu yang lebih berharga dari emas dan perak: kehormatannya sendiri.
Ketakwaan Sejati memang Tak Mungkin Dibendung
Hari keberangkatan pasukan Muslim ke Tabuk tiba. Barisan panjang unta dan kuda telah bersiap, debu beterbangan saat pasukan mulai bergerak. Ulbah datang dengan langkah penuh harap, berharap masih ada tempat untuknya. Namun, saat ia bertanya kepada para sahabat, jawaban mereka tetap sama:
"Maaf, tidak ada tempat lagi, Ulbah. Semua sudah penuh."
Hatinya mencelos. Ia menatap langit, lalu menunduk menatap pasir Madinah yang panas.
"Ya Allah… Aku ingin berangkat… Aku ingin bersama Rasul-Mu… Tapi apa dayaku?"
Rasulullah ﷺ melihatnya dari kejauhan. Beliau mendekat, menyentuh pundaknya, dan berkata dengan lembut:
"Jangan bersedih, wahai Ulbah. Allah telah mencatat niatmu. Engkau telah berinfak, engkau telah berusaha. Air matamu adalah saksi cintamu kepada jihad."
Pasukan Muslim perlahan menghilang di cakrawala. Di sanalah, di antara butiran pasir yang panas, Ulbah bin Zaid berdiri sendiri. Tangannya mengepal, menahan air mata yang tak sanggup ia bendung.
"Ya Allah… Saksikanlah. Jika aku tak mampu berangkat dengan langkahku, maka hatiku telah pergi bersama mereka…"
Dan di langit, para malaikat mencatat namanya. Sebagai seorang lelaki miskin yang tak punya apa-apa, kecuali keikhlasan, kehormatan, dan pengorbanan. *)
*) saka@asor: almurid beberapa ulama muttashil